Pertemuan Pemimpin Arab Bahas Usulan Trump Terkait Jalur Gaza

Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat pada 20 Februari 2025, yang dihadiri para pemimpin negara-negara Arab. Pertemuan ini akan membahas usulan kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ingin mengambil alih Jalur Gaza.

Menurut laporan AFP, para pemimpin dari Mesir, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab dipastikan hadir dalam pertemuan tersebut. Setelah pertemuan di Arab Saudi, diskusi akan berlanjut dalam sidang Liga Arab di Kairo pada 27 Februari 2025, dengan agenda utama yang sama. Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas, juga dikabarkan akan turut serta dalam pembahasan ini.

Rencana Trump dan Kecaman dari Negara-Negara Arab

Usulan Trump untuk menguasai Jalur Gaza dan memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania telah memicu kecaman global. Rencana ini dinilai sebagai bentuk pengusiran paksa, yang mengingatkan warga Palestina pada peristiwa “Nakba”—pengusiran massal yang terjadi pada 1948 saat berdirinya Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan saran kontroversial bahwa Arab Saudi juga bisa dijadikan tempat penampungan bagi warga Palestina. Pernyataan ini langsung mendapat kritik tajam dari negara-negara Arab dan bahkan dianggap sebagai lelucon oleh beberapa media Israel.

Situasi ini menciptakan persatuan yang jarang terjadi di antara negara-negara Arab dalam menentang pengusiran massal rakyat Palestina. Negara-negara tersebut bersepakat untuk tidak menerima rencana pemindahan paksa, yang dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan kedaulatan Palestina.

Ancaman Trump terhadap Sekutu Arab

Tak hanya mengusulkan rencana kontroversial, Trump juga dikabarkan mengancam akan memutus bantuan ekonomi bagi negara-negara yang menolak bekerja sama dengan skemanya. Yordania dan Mesir—yang selama ini menjadi sekutu penting AS di Timur Tengah—menjadi target utama ancaman tersebut.

Yordania sendiri saat ini menampung lebih dari dua juta pengungsi Palestina, yang bahkan mencapai lebih dari setengah populasi negaranya yang berjumlah sekitar 11 juta orang. Sementara itu, Mesir mengambil sikap berbeda dengan menawarkan solusi pembangunan kembali Gaza, sehingga rakyat Palestina bisa tetap tinggal di tanah mereka tanpa harus dipindahkan ke negara lain.

Dinamika Politik Timur Tengah di Tengah Konflik Gaza

KTT yang digelar Arab Saudi ini menjadi momentum penting dalam politik Timur Tengah, terutama dalam memperkuat posisi negara-negara Arab dalam menolak segala bentuk penggusuran warga Palestina. Dengan tekanan internasional yang semakin besar, pertemuan ini bisa menjadi langkah awal dalam menemukan solusi yang lebih berkeadilan bagi rakyat Palestina tanpa harus mengorbankan hak mereka atas tanah kelahirannya.

Seluruh dunia kini menanti hasil pertemuan tersebut. Akankah negara-negara Arab mampu membangun kesepakatan kuat untuk menghadapi tekanan AS dan Israel? Ataukah ada jalan tengah yang dapat ditempuh guna meredakan ketegangan di kawasan tersebut? Semua mata kini tertuju pada Riyadh dan Kairo.

ASEAN dan AS di Era Trump: Minim Perhatian, tapi Punya Potensi Besar di Masa Depan

Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O. Blake Jr., memperkirakan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tidak akan menjadi prioritas utama bagi Presiden AS, Donald Trump.

Komentar ini muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan Trump yang selama masa kepemimpinannya sebelumnya kurang memberikan perhatian terhadap hubungan AS dengan ASEAN. Trump lebih banyak berfokus pada isu perdagangan bilateral dengan negara-negara besar seperti China dan India, sementara hubungan multilateral dengan ASEAN tampaknya tidak menjadi agenda utama pemerintahannya.

“Sejujurnya, mungkin lebih baik jika ASEAN tidak terlalu menarik perhatiannya. Biarkan diplomat karier dan para profesional yang menangani hubungan ini,” ujar Blake dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta.

Blake, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Indonesia pada 2014-2016, menekankan bahwa ASEAN memiliki potensi besar, baik dari segi ekonomi, politik, maupun demografi. Menurutnya, kawasan ini akan mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa dekade ke depan, menjadikannya pusat ekonomi yang tidak bisa diabaikan.

Ia juga menyebut bahwa pada tahun 2050, ASEAN diprediksi akan menjadi salah satu mitra dagang utama AS, sejajar dengan China dan India. Peningkatan populasi, ekspansi ekonomi, serta integrasi yang semakin erat di antara negara-negara ASEAN menjadikan kawasan ini sebagai pasar yang sangat potensial.

“Oleh karena itu, kita semua memahami betapa pentingnya keterlibatan AS dengan ASEAN, terutama dengan Indonesia yang merupakan negara kunci di kawasan ini,” tambah Blake.

Selain itu, Blake menyoroti pentingnya stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik Laut China Selatan serta meningkatnya persaingan geopolitik antara AS dan China membuat peran ASEAN semakin strategis.

Lebih lanjut, ia meyakini bahwa para pemikir strategis di Washington yang ingin mendorong kebijakan luar negeri AS akan menyadari besarnya potensi ASEAN di masa mendatang. Oleh karena itu, meskipun Trump tidak memberikan perhatian besar, kerja sama antara ASEAN dan AS diharapkan tetap berkembang melalui jalur diplomasi yang telah ada.

Indonesia dan Turki Sepakati Peningkatan Perdagangan hingga USD 10 Miliar! Ini Rinciannya

Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyepakati peningkatan target perdagangan tahunan antara kedua negara menjadi USD 10 miliar (sekitar Rp161,1 triliun). Kesepakatan ini diumumkan dalam acara Indonesia-Turkiye Business Forum yang digelar di Jakarta.

Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat, mengungkapkan bahwa target perdagangan yang lebih tinggi ini ditetapkan karena nilai perdagangan antara Indonesia dan Turki masih tergolong rendah, meskipun keduanya memiliki ekonomi yang besar.

Ia mencatat bahwa pendapatan nasional Turki mencapai USD 1,3 triliun (Rp20.943 triliun), sementara Indonesia memiliki pendapatan nasional USD 1,4 triliun (Rp22.544 triliun). Adapun total perdagangan luar negeri Turki dalam sektor barang mencapai USD 606 miliar (Rp9.762 triliun), sedangkan di sektor jasa mencapai USD 175 miliar (Rp2.819 triliun).

Namun, volume perdagangan bilateral antara kedua negara masih berada di angka USD 3 miliar (Rp48,3 triliun), yang dinilai masih jauh dari potensi maksimal kemitraan kedua negara.

Selain peningkatan perdagangan, pertemuan bilateral ini menghasilkan 13 kesepakatan kerja sama yang ditandatangani oleh para pejabat tinggi dari kedua negara. Kesepakatan tersebut mencakup berbagai sektor, mulai dari diplomasi, pertahanan, pertanian, industri, perdagangan, energi, keagamaan, hingga kebudayaan.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, para pemimpin negara dan menteri terkait membahas proyek-proyek strategis yang akan memperkuat hubungan bilateral.

“InshaAllah, semua 12 kesepakatan dan proyek yang telah dibahas hari ini akan memberikan kontribusi besar bagi hubungan yang lebih erat dan berkembang antara kedua negara sahabat ini,” ujar Menteri Bolat.

Menteri Bolat menegaskan bahwa hubungan antara Indonesia dan Turki memiliki akar sejarah yang kuat, kedekatan budaya, serta komitmen bersama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat masing-masing. Ia juga menyoroti bahwa kesepakatan dan pertemuan tingkat tinggi ini menjadi bukti nyata dari kerja sama erat antara kedua negara.

“Dalam semangat persaudaraan inilah kami datang hari ini untuk menjajaki jalur baru dalam pertumbuhan ekonomi dan kerja sama bilateral,” tambahnya.

Kunjungan resmi Presiden Erdogan ke Indonesia berlangsung selama dua hari, yakni pada 11-12 Februari 2025. Selama kunjungan ini, kedua negara menggelar Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi (High-Level Strategic Cooperation Council – High Level SCC), sebuah forum bilateral tertinggi yang dipimpin langsung oleh kepala negara dari masing-masing pihak.

Melalui forum ini, Indonesia dan Turki terus memperkuat hubungan ekonomi, politik, dan sosial, yang diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kedua negara dalam jangka panjang.

Kehadiran Cuaca Dingin Ekstrem, Sekolah dan Kantor Pemerintah di Iran Ditutup

Pemerintah Iran mengambil langkah drastis untuk mengurangi konsumsi energi di tengah cuaca dingin ekstrem yang melanda negara tersebut. Pada Rabu (12/2/2025), sekolah-sekolah dan kantor pemerintah di ibu kota Teheran serta lebih dari 20 provinsi lainnya terpaksa diliburkan. Keputusan ini diambil untuk menghemat energi setelah suhu udara yang sangat rendah menyebabkan lonjakan penggunaan alat pemanas dan memperburuk kekurangan pasokan listrik.

Meskipun Iran dikenal memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di dunia, negara ini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi domestiknya, terutama selama musim dingin. Seperti yang dilaporkan oleh AFP, pasokan bahan bakar untuk pembangkit listrik terbukti tidak cukup untuk menjaga aliran energi yang stabil. Ketika suhu turun drastis, permintaan untuk pemanasan rumah dan fasilitas lainnya melonjak, meningkatkan ketergantungan pada pasokan energi yang terbatas.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Iran mengumumkan penutupan kantor dan sekolah di lebih dari dua puluh provinsi, termasuk Alborz, Fars, Isfahan, dan Yazd. Langkah ini diambil setelah cuaca ekstrem menyebabkan salju lebat dan embun beku, yang memperburuk konsumsi energi. Di beberapa daerah, listrik juga dipadamkan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi beban pada sistem kelistrikan.

Pada malam sebelumnya, beberapa wilayah di Teheran mengalami pemadaman listrik, dengan laporan dari televisi pemerintah yang mengungkapkan adanya masalah pasokan gas di beberapa pembangkit listrik. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan listrik negara, Tavanir, meminta agar konsumsi gas dan listrik dikurangi sebesar 10 persen.

Suhu yang sangat rendah juga memperburuk situasi. Di Hamadan, salah satu kota yang terletak di wilayah barat Iran, suhu udara turun hingga mencapai minus 19 derajat Celsius, menjadikannya sebagai wilayah terdingin di negara tersebut. Selain itu, ramalan cuaca juga memperkirakan hujan lebat, badai petir, dan angin kencang di banyak provinsi pada Rabu (12/2), dengan salju yang melapisi pegunungan di utara Iran, terutama di daerah Zagros.

Meskipun pemerintah seringkali menjadikan cuaca ekstrem sebagai alasan untuk penutupan massal dan pembatasan energi, kejadian ini juga menggambarkan ketergantungan Iran pada pasokan energi yang semakin rentan. Dengan cuaca yang terus membeku dan tantangan yang dihadapi oleh sektor energi, banyak yang berharap Iran dapat menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini tanpa mempengaruhi kehidupan warganya lebih jauh.

Prabowo Ungkap ‘Raja Kecil’ di Birokrasi: Efisiensi Anggaran Menuai Pro dan Kontra

Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk menerapkan efisiensi anggaran di berbagai kementerian dan lembaga mendapat reaksi beragam. Dalam pidatonya di Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya pada Senin (10/2/2025), Prabowo menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi pemborosan serta menghentikan pengeluaran yang tidak perlu. Ia juga menyebut adanya pihak-pihak dalam birokrasi yang menentang langkah tersebut, yang ia sebut sebagai ‘raja kecil’.

Pernyataan ini mendapat tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, yang berpendapat bahwa jika Prabowo enggan menyebutkan nama, seharusnya ia menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh ‘raja kecil’ tersebut. Menurutnya, permasalahan seperti ini lebih baik diselesaikan secara internal daripada diungkapkan ke publik.

Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDIP, Dolfie Othniel Frederic Palit, menyatakan bahwa efisiensi anggaran adalah bagian dari pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Negara. Namun, ia menekankan bahwa pemangkasan anggaran tidak boleh berdampak pada pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, Ihsan Ro’is, mengingatkan bahwa kebijakan efisiensi anggaran berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ia menyoroti bahwa pengurangan belanja pemerintah dapat menghambat proyek pembangunan dan mempengaruhi sektor ekonomi daerah, terutama yang bergantung pada industri Meeting, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya mencapai 5,03 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,05 persen. Ihsan juga menyoroti dampak dari pemangkasan anggaran transfer daerah yang mencapai Rp50,59 triliun, sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 29 Tahun 2025.

Meski efisiensi anggaran bertujuan memperkuat keuangan negara, dampaknya terhadap ekonomi daerah perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Ihsan menegaskan bahwa kebijakan ini harus diimbangi dengan strategi yang memastikan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.

Pesawat Tabrakan Lagi di AS, 1 Tewas, Terkait Jet Pribadi Milik Vince Neil

Pada Senin, 10 Februari 2025, terjadi kecelakaan tragis di Bandara Scottsdale, Arizona, Amerika Serikat, yang melibatkan dua pesawat, salah satunya adalah jet pribadi milik vokalis band rock Motley Crue, Vince Neil. Peristiwa ini menjadi sorotan setelah diketahui bahwa pesawat Learjet Model 35A milik Neil bertabrakan dengan pesawat lain yang sedang diparkir di bandara tersebut. Tabrakan ini mengakibatkan satu orang tewas dan beberapa orang lainnya mengalami luka-luka.

Menurut informasi yang dihimpun, Learjet yang terdaftar atas nama Chromed, perusahaan yang dikelola oleh Vince Neil, terbang menuju Bandara Scottsdale pada pukul 14:39 waktu setempat. Saat pesawat tersebut mendarat, entah karena sebab yang belum diketahui, pesawat keluar dari landasan pacu dan menabrak pesawat Gulfstream 200 yang terparkir di landasan. Pesawat ini adalah jet bisnis yang juga mengalami kerusakan parah dalam tabrakan tersebut.

Laporan dari pihak berwenang menyebutkan bahwa insiden ini melibatkan lima orang, termasuk dua pilot dan dua penumpang di pesawat Neil. Namun, yang mengejutkan, Vince Neil sendiri tidak berada di dalam pesawat saat kecelakaan terjadi. Menurut pengacaranya, Neil tengah mengirimkan doa dan dukungannya kepada semua yang terlibat dalam insiden ini. “Pikiran dan doa kami bersama mereka yang terlibat dalam kecelakaan ini,” ujar pernyataan resmi dari pengacara Neil.

Korban tewas dalam kejadian ini belum diketahui identitasnya, namun beberapa orang yang terluka, termasuk pacar Vince Neil, Rain Andreani, serta temannya Ashley, langsung dilarikan ke rumah sakit. Andreani dilaporkan mengalami lima patah tulang rusuk dan mendapatkan perawatan intensif. Beruntung, beberapa anjing peliharaan yang dibawa bersama mereka ke dalam pesawat dilaporkan selamat.

Tabrakan ini juga menyita perhatian publik karena terjadi di tengah serangkaian kecelakaan tragis lainnya yang melibatkan pesawat. Dalam beberapa minggu terakhir, Badan Penerbangan Federal (FAA) sedang menyelidiki tiga kecelakaan mematikan di Amerika Serikat, termasuk tabrakan udara antara helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS dan jet penumpang di Washington DC yang menewaskan 67 orang, serta kecelakaan jet medis yang merenggut tujuh nyawa di Philadelphia.

Meskipun penyelidikan kecelakaan ini masih berlangsung, pihak berwenang setempat mengatakan bahwa situasi ini merupakan salah satu yang “aneh dan kompleks” karena tabrakan tersebut terjadi di landasan pacu setelah pesawat Neil keluar dari jalurnya. Para penyelidik dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) saat ini sedang bekerja untuk menggali lebih dalam mengenai sebab musabab insiden tersebut.

Sementara itu, operasi di Bandara Scottsdale sempat terganggu akibat kecelakaan ini. FAA menghentikan sementara semua penerbangan yang menuju ke bandara tersebut untuk memungkinkan penyelidikan dan evakuasi penumpang yang terjebak di lokasi kejadian.

Harga pesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini juga menjadi perhatian. Learjet Model 35A milik Vince Neil diperkirakan bernilai sekitar USD 4,8 juta, sementara jet Gulfstream G200 yang tertabrak bisa dihargai antara USD 2,85 juta hingga USD 7,2 juta.

Peristiwa ini menambah daftar panjang kecelakaan tragis yang menimpa dunia penerbangan, namun seperti biasa, keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama, dan penyelidikan akan berlanjut untuk memastikan penyebab kecelakaan yang menimpa Bandara Scottsdale ini.

Keir Starmer Jalani Tes HIV di Depan Publik, Dorong Kesadaran dan Hapus Stigma!

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mencetak sejarah sebagai pemimpin Barat pertama yang secara terbuka melakukan tes HIV pada Jumat (7/2/2025). Tindakannya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam rangka Pekan Tes HIV Nasional yang dimulai pada Senin (10/2). Kampanye ini mengajak masyarakat untuk melakukan tes HIV secara rutin dan berupaya menghapus stigma negatif terhadap pemeriksaan HIV.

Starmer didampingi penyanyi soul asal Inggris, Beverley Knight, saat menjalani tes HIV di kediaman resminya, 10 Downing Street. Keduanya mendapatkan bimbingan langsung dari Richard Angell, Kepala Eksekutif lembaga amal The Terrence Higgins Trust (THT), mengenai cara melakukan tes HIV secara mandiri di rumah. Tes ini menggunakan alat sederhana yang bisa memberikan hasil hanya dalam waktu 15 menit, membuktikan bahwa pemeriksaan HIV dapat dilakukan dengan mudah tanpa perlu mengunjungi fasilitas kesehatan.

Langkah Starmer mendapat pujian luas dari komunitas medis dan aktivis HIV/AIDS. Banyak pihak menilai tindakan ini sebagai bentuk dukungan nyata dalam menghapus stigma terhadap HIV. Menurut Richard Angell, masih banyak orang yang enggan melakukan tes karena takut dikucilkan, padahal deteksi dini sangat penting untuk pengobatan dan pencegahan penyebaran HIV.

Tes HIV yang dilakukan Starmer juga bertepatan dengan peringatan dari UNAIDS, badan AIDS di bawah naungan PBB. Mereka memperingatkan bahwa jika pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, menarik pendanaan global untuk program HIV/AIDS, lebih dari enam juta orang berisiko kehilangan nyawa dalam empat tahun ke depan. Meskipun program ini sempat mendapatkan pengecualian dalam pemotongan dana bantuan luar negeri AS bulan lalu, kekhawatiran tentang kelangsungan program pengobatan masih tinggi. UNAIDS menegaskan bahwa pendanaan yang stabil sangat dibutuhkan untuk mendukung perawatan dan edukasi terkait HIV/AIDS di seluruh dunia.

Tragedi Kapal Pukat di Korea Selatan: 4 Tewas, 6 Hilang, Termasuk 1 WNI

Sebuah kapal pukat ikan berbobot 139 ton tenggelam di perairan selatan Korea Selatan pada Minggu dini hari, mengakibatkan empat orang tewas dan enam lainnya masih dalam pencarian, termasuk satu Warga Negara Indonesia (WNI). Kejadian tragis ini terjadi sekitar pukul 1:41 pagi waktu setempat, sekitar 17 kilometer sebelah timur Pulau Habaek, dekat Yeosu, sekitar 316 km di selatan Seoul.

Menurut laporan dari Yonhap, kapal tersebut membawa 14 awak, terdiri dari delapan warga Korea Selatan, tiga warga Vietnam, dan tiga warga Indonesia. Hingga saat ini, tim penyelamat telah berhasil menemukan delapan awak, tetapi empat warga Korea Selatan dinyatakan meninggal dunia, termasuk kapten kapal yang berusia 66 tahun.

Lima orang yang berhasil diselamatkan ditemukan di atas sekoci penyelamat, di antaranya dua warga Vietnam, dua warga Indonesia, dan sang kapten kapal. Sementara itu, tiga awak lainnya ditemukan mengapung di perairan. Kedua WNI yang selamat telah dibawa ke kantor Penjaga Pantai di Yeosu untuk dimintai keterangan, sedangkan dua warga Vietnam dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gejala hipotermia.

Penyelidikan awal menyebutkan bahwa kapal kemungkinan terbalik setelah mengalami kemiringan ekstrem ke sisi kiri, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu awak Vietnam yang selamat. “Sebanyak 11 awak melompat ke laut, sementara tiga lainnya masih berada di dalam kapal,” ujar pihak berwenang dalam konferensi pers.

Meskipun kondisi cuaca saat itu buruk, pihak penjaga pantai menyatakan bahwa tenggelamnya kapal berbobot lebih dari 100 ton dalam gelombang setinggi 2,5 meter adalah kejadian yang tidak biasa. Oleh karena itu, investigasi lebih lanjut tengah dilakukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan tersebut.

Kapal pukat yang naas ini merupakan bagian dari kelompok empat kapal penangkap ikan lainnya. Namun, kapal tersebut tidak mengirimkan sinyal bahaya sebelum tenggelam, yang menimbulkan dugaan bahwa insiden ini terjadi secara tiba-tiba. Diketahui, kapal berangkat dari Pelabuhan Gamcheon di Busan pada Sabtu dengan tujuan menangkap ikan di perairan sekitar Pulau Heuksan, Provinsi Jeolla Selatan.

Dalam upaya pencarian, sebanyak 24 kapal patroli, empat kapal milik Angkatan Laut, 13 pesawat, serta kapal sipil dan badan terkait lainnya telah dikerahkan. Namun, operasi penyelamatan sempat mengalami kendala ketika sebuah kapal cepat milik penjaga pantai terbalik akibat gelombang tinggi. Beruntung, keenam awak kapal tersebut berhasil diselamatkan.

Saat ini, pencarian terhadap enam awak yang hilang masih terus dilakukan meskipun cuaca dan kondisi laut cukup menantang.

Musk Ungkap Alasan Tidak Berminat Akuisisi TikTok

Elon Musk, yang dikenal sebagai pemilik Tesla dan platform media sosial X (sebelumnya Twitter), baru-baru ini menyampaikan bahwa ia tidak tertarik untuk membeli TikTok, meskipun perusahaan tersebut tengah berada dalam sorotan hukum di Amerika Serikat. Dalam sebuah video yang dirilis pada akhir pekan lalu, Musk menegaskan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mengakuisisi aplikasi berbasis video tersebut, yang saat ini menghadapi tekanan dari pemerintah AS terkait masalah keamanan nasional.

TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance, perusahaan asal China, tengah berada dalam perdebatan hukum di AS terkait masalah pengumpulan data pengguna yang dianggap berisiko bagi privasi warga negara. Pemerintah AS telah mengancam akan melarang operasional TikTok di negara itu, kecuali perusahaan tersebut dipisahkan dari pemilik asalnya. Pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, hal ini sempat memicu kebijakan yang mengarah pada pembatasan TikTok, dengan keputusan untuk memaksa pemisahan atau larangan total terhadap aplikasi tersebut.

Meskipun TikTok terjebak dalam masalah hukum ini, Trump pernah mengusulkan Musk, yang juga merupakan salah satu pendukung keuangan kampanye presidennya, untuk membeli TikTok. Namun, Musk dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak tertarik untuk mengambil langkah tersebut. “Saya pribadi tidak menggunakan TikTok, jadi saya tidak begitu mengenalnya. Saya tidak tertarik untuk mengakuisisi TikTok,” jelas Musk, seperti yang dikutip dari kantor berita AFP pada Minggu (9/2/2025).

Sebelumnya, Musk membuat gebrakan besar dengan membeli Twitter seharga 44 miliar dolar AS pada 2022, yang kemudian berganti nama menjadi X. Keputusan tersebut diambil dengan alasan untuk melindungi kebebasan berbicara di platform. Namun, kebijakan baru yang diterapkan setelah pengambilalihan tersebut memicu kontroversi, dengan adanya lonjakan ujaran kebencian dan disinformasi di X, yang menjadi sorotan dari berbagai organisasi hak asasi manusia.

Di sisi lain, Musk juga turut berperan aktif dalam mendukung kebijakan fiskal Trump, termasuk pemotongan anggaran presiden AS. Dalam kesempatan yang sama, Musk mengkritik kebijakan Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI), yang menurutnya merupakan bentuk rasisme dengan nama baru. “DEI hanyalah rasisme yang diberi nama baru. Saya menentang rasisme dan seksisme, tidak peduli kepada siapa hal itu ditujukan,” tegas Musk dalam komentarnya di forum Jerman.

Di tengah ketegangan politik ini, pejabat AS kini sedang berusaha untuk menerapkan kebijakan yang mengurangi inisiatif-inisiatif DEI di seluruh birokrasi federal, yang mencakup penghentian pelatihan, pembatalan hibah, serta pengurangan jumlah pegawai dalam sektor-sektor terkait. Sebuah perubahan yang mungkin akan terus mempengaruhi dinamika politik dan sosial di AS.

Dampak Fatal: 6,3 Juta ODHA Terancam Akibat Pembekuan Bantuan AS!

Keputusan Presiden Donald Trump untuk membekukan program bantuan luar negeri Amerika Serikat dapat berdampak besar terhadap jutaan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kebijakan ini berpotensi mengancam nyawa 6,3 juta ODHA dalam empat tahun ke depan.

Dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Wakil Direktur Eksekutif Program Gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS), Christine Stegling, mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan ketidakpastian dan gangguan dalam distribusi layanan pengobatan bagi ODHA. Saat ini, sekitar 20 juta dari 30 juta ODHA di dunia sangat bergantung pada bantuan Amerika Serikat untuk memperoleh akses pengobatan.

Stegling menjelaskan bahwa AS merupakan pendonor utama dalam upaya global melawan HIV/AIDS, dengan kontribusi mencapai 70 persen dari total pendanaan. Bantuan ini disalurkan melalui program Rencana Darurat Presiden AS untuk Bantuan AIDS (PEPFAR). Jika pendanaan PEPFAR tidak diperbarui antara 2025 hingga 2029 dan tidak ada sumber dana alternatif yang menggantikannya, diperkirakan jumlah kematian akibat AIDS akan meningkat hingga 400 persen.

Prediksi ini menunjukkan bahwa 6,3 juta orang berisiko meninggal dunia akibat AIDS jika bantuan dari AS benar-benar dihentikan. Stegling juga menyoroti bahwa dampak terbesar dari kebijakan ini akan dirasakan dalam sistem kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, di Ethiopia, sekitar 5.000 tenaga medis yang sebelumnya dibiayai oleh bantuan AS kini kehilangan kontrak kerja mereka, yang pada akhirnya menghambat layanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Kebijakan pembekuan bantuan ini tidak hanya mengancam nyawa jutaan ODHA, tetapi juga berpotensi melumpuhkan sistem kesehatan di berbagai negara yang selama ini bergantung pada pendanaan AS untuk menangani HIV/AIDS.