Mohammed Deif Lolos dari Penangkapan ICC, Ini Alasannya!

Pengadilan Pidana Internasional (ICC) baru saja membuat keputusan penting dengan mencabut surat perintah penangkapan terhadap Mohammed Diab Ibrahim Al Masri, yang lebih dikenal dengan Mohammed Deif, pemimpin militer Hamas, pada Rabu (26/2). Keputusan ini datang setelah jaksa penuntut umum ICC menerima informasi yang dapat dipercaya mengenai kematian Deif, yang memicu penghentian proses hukum yang sebelumnya ditetapkan.

Majelis hakim ICC, yang dipimpin oleh hakim ketua Nicolas Guillou, menyatakan bahwa informasi baru yang mereka terima sudah cukup untuk menangguhkan tindakan hukum lebih lanjut terhadap Deif. “Dengan adanya informasi yang valid ini, kami memutuskan untuk menghentikan proses hukum terhadap Mohammed Deif dan menyatakan bahwa surat perintah penangkapannya tidak berlaku lagi,” ujar Guillou dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh New Arab.

Latar Belakang Surat Perintah Penangkapan

Pada November 2024, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Mohammed Deif, bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Surat perintah itu berkaitan dengan tuduhan keterlibatannya dalam serangan mendadak yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar, dengan ratusan korban jiwa serta berbagai tindak kekerasan, termasuk pembunuhan massal, penyanderaan, dan kekerasan seksual.

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Gaza, yang berlanjut hingga saat ini. Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 48.000 nyawa, selain menghancurkan ribuan rumah serta fasilitas sipil di wilayah tersebut.

Kabar Mengenai Kematian Deif

Kabar mengenai kematian Mohammed Deif pertama kali beredar pada Juli 2023, setelah serangan udara Israel di Gaza. Namun, pada waktu itu, Hamas tidak memberikan konfirmasi resmi terkait nasib Deif. Hanya pada Januari 2025, Hamas akhirnya mengonfirmasi bahwa Deif memang telah meninggal dunia.

Keputusan ICC untuk mencabut surat penangkapan ini mengakhiri salah satu babak dalam konflik yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade antara Israel dan Hamas, meskipun ketegangan di kawasan tersebut masih berlanjut hingga saat ini, dengan dampak kemanusiaan yang luar biasa besar.

Kehadiran Cuaca Dingin Ekstrem, Sekolah dan Kantor Pemerintah di Iran Ditutup

Pemerintah Iran mengambil langkah drastis untuk mengurangi konsumsi energi di tengah cuaca dingin ekstrem yang melanda negara tersebut. Pada Rabu (12/2/2025), sekolah-sekolah dan kantor pemerintah di ibu kota Teheran serta lebih dari 20 provinsi lainnya terpaksa diliburkan. Keputusan ini diambil untuk menghemat energi setelah suhu udara yang sangat rendah menyebabkan lonjakan penggunaan alat pemanas dan memperburuk kekurangan pasokan listrik.

Meskipun Iran dikenal memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di dunia, negara ini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi domestiknya, terutama selama musim dingin. Seperti yang dilaporkan oleh AFP, pasokan bahan bakar untuk pembangkit listrik terbukti tidak cukup untuk menjaga aliran energi yang stabil. Ketika suhu turun drastis, permintaan untuk pemanasan rumah dan fasilitas lainnya melonjak, meningkatkan ketergantungan pada pasokan energi yang terbatas.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Iran mengumumkan penutupan kantor dan sekolah di lebih dari dua puluh provinsi, termasuk Alborz, Fars, Isfahan, dan Yazd. Langkah ini diambil setelah cuaca ekstrem menyebabkan salju lebat dan embun beku, yang memperburuk konsumsi energi. Di beberapa daerah, listrik juga dipadamkan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi beban pada sistem kelistrikan.

Pada malam sebelumnya, beberapa wilayah di Teheran mengalami pemadaman listrik, dengan laporan dari televisi pemerintah yang mengungkapkan adanya masalah pasokan gas di beberapa pembangkit listrik. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan listrik negara, Tavanir, meminta agar konsumsi gas dan listrik dikurangi sebesar 10 persen.

Suhu yang sangat rendah juga memperburuk situasi. Di Hamadan, salah satu kota yang terletak di wilayah barat Iran, suhu udara turun hingga mencapai minus 19 derajat Celsius, menjadikannya sebagai wilayah terdingin di negara tersebut. Selain itu, ramalan cuaca juga memperkirakan hujan lebat, badai petir, dan angin kencang di banyak provinsi pada Rabu (12/2), dengan salju yang melapisi pegunungan di utara Iran, terutama di daerah Zagros.

Meskipun pemerintah seringkali menjadikan cuaca ekstrem sebagai alasan untuk penutupan massal dan pembatasan energi, kejadian ini juga menggambarkan ketergantungan Iran pada pasokan energi yang semakin rentan. Dengan cuaca yang terus membeku dan tantangan yang dihadapi oleh sektor energi, banyak yang berharap Iran dapat menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini tanpa mempengaruhi kehidupan warganya lebih jauh.