Umi Pipik dan Anak-Anaknya Pertahankan Tradisi Ramadan Keluarga Uje

Umi Pipik mengungkapkan bahwa ia dan anak-anaknya masih setia menjalani tradisi Ramadan yang pernah dijalankan bersama mendiang Ustaz Jefri Al Buchori. Tradisi tersebut meliputi sahur, berbuka puasa, dan tarawih bersama, yang tetap dijalankan meski kini ia disibukkan dengan berbagai aktivitas dakwah. Di tengah kesibukannya, Umi Pipik selalu berusaha meluangkan waktu agar bisa berkumpul dengan anak-anaknya dan menjalankan ibadah bersama.

Ia menjelaskan bahwa mereka terbiasa menjalankan salat subuh dan tarawih secara berjamaah. Sementara itu, pada siang hari, masing-masing memiliki kegiatan yang berbeda. Namun, saat waktu berbuka puasa, sahur, dan tarawih tiba, mereka kembali berkumpul untuk menjalankan ibadah bersama. Bagi Umi Pipik, keberadaan di rumah menjadi pilihan utama untuk beribadah karena ia mengenakan cadar, yang membuatnya merasa lebih nyaman melaksanakan tarawih bersama keluarga daripada di masjid.

Meski salah satu anaknya, Adiba Khanza, kini telah berkeluarga dengan pesepak bola Egy Maulana Vikri, Umi Pipik tetap menjaga kebersamaan. Ia sering mengunjungi rumah Adiba saat Ramadan, membawa makanan untuk berbuka bersama. Kebersamaan ini bahkan berlanjut hingga sahur, di mana mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan bermain gim hingga larut malam.

Bagi Umi Pipik, Ramadan adalah momen istimewa yang belum tentu bisa ditemui di tahun berikutnya. Oleh karena itu, ia ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beribadah dan memperkuat kebersamaan dengan keluarga.

Coldplay Ikut Andil dalam Halftime Show Final Piala Dunia 2026

Coldplay resmi terlibat dalam perencanaan Halftime Show final Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat pada 19 Juli 2026. FIFA menunjuk band asal Inggris tersebut untuk membantu dalam proses pemilihan artis yang akan tampil dalam acara tersebut. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino, melalui unggahan di media sosialnya. Dalam unggahan tersebut, Infantino membagikan foto Chris Martin dan Phil Harvey yang mewakili Coldplay dalam rapat pembahasan Piala Dunia 2026.

Infantino mengonfirmasi bahwa Halftime Show pertama dalam sejarah final Piala Dunia FIFA akan digelar di MetLife Stadium, New Jersey, bekerja sama dengan Global Citizen. Selain itu, FIFA juga merencanakan acara pekan penutup Piala Dunia di Times Square, New York. Chris Martin dan timnya turut diminta untuk berperan dalam pemilihan line-up artis yang akan tampil.

Konsep pertunjukan ini akan mengikuti format Super Bowl Halftime Show, dengan durasi sekitar 15 menit di jeda pertandingan. Super Bowl Halftime Show sendiri telah berlangsung selama 59 kali, menampilkan artis besar seperti Michael Jackson, Prince, Madonna, Beyonce, hingga Rihanna. Coldplay juga pernah menjadi headliner dalam Super Bowl ke-50 yang digelar di Levi’s Stadium, California, pada 2016. Saat itu, mereka membawakan lagu-lagu populer seperti Yellow, Viva La Vida, Fix You, serta berkolaborasi dengan Beyonce dan Bruno Mars. Kini, keterlibatan mereka dalam final Piala Dunia 2026 semakin memperkuat ekspektasi terhadap pertunjukan spektakuler yang akan tersaji.

Tiket Konser G-Dragon di Korea Ludes dalam Hitungan Detik

Tiket konser solo G-Dragon yang akan digelar di Korea Selatan habis terjual dalam hitungan detik. Agensi yang menaungi sang musisi, Galaxy Corporation, mengumumkan bahwa seluruh tiket untuk konser bertajuk Übermensch langsung ludes pada sesi presale 26 Maret dan general sale 27 Maret. Berdasarkan laporan Korea JoongAng Daily pada Jumat (28/2/2025), sekitar 60 ribu tiket terjual hanya dalam sekejap, membuktikan tingginya antusiasme penggemar terhadap konser ini.

Konser Übermensch dijadwalkan berlangsung di Stadium Goyang pada 29 dan 30 Maret mendatang. Ini akan menjadi konser solo pertama G-Dragon setelah delapan tahun sejak terakhir kali menggelar tur Act III: M.O.T.T.E World Tour pada 2017. Selain itu, ia juga akan melangsungkan tur dunia sebagai bagian dari comeback solonya, meskipun jadwal dan daftar negara yang akan dikunjungi masih dirahasiakan.

Tur dunia ini menjadi bagian dari rencana besar G-Dragon setelah merilis single Power pada 31 Oktober 2024, serta lagu Home Sweet Home yang berkolaborasi dengan Taeyang dan Daesung pada November 2024. Kembalinya sang idol semakin lengkap dengan perilisan album Übermensch pada Selasa (25/2), yang menjadi proyek solo terbarunya setelah 12 tahun. Album ini disertai dengan dua video musik untuk lagu Drama dan Too Bad, yang hadir dengan konsep visual berbeda sesuai tema masing-masing lagu.

Selain aktif di dunia musik, G-Dragon juga menghibur penggemar lewat reality show pribadinya bertajuk Good Day, yang mulai tayang 16 Februari. Acara ini menghadirkan sederet bintang ternama seperti Kim Soo-hyun, Jung Hae-in, Yim Si-wan, Hwang Kang-hee, Jung Hyung-don, Cho Sae-ho, Hwang Jung-min, Kim Go-eun, hingga boy group SEVENTEEN BSS.

Maksimalkan Fotografi Profesional dengan Expert RAW di Samsung Galaxy S25 Series

Fotografer profesional Govinda Rumi merekomendasikan pengguna Samsung Galaxy S25 Series untuk mulai menggunakan fitur Expert RAW dalam pengambilan gambar. Fitur ini memberikan kontrol lebih luas terhadap kamera, termasuk kehadiran teknologi Virtual Aperture yang semakin meningkatkan fleksibilitas fotografi. Expert RAW sendiri telah tersedia sejak Galaxy S21 Series dan terus mengalami pengembangan, menghadirkan berbagai kemampuan baru untuk pengalaman memotret yang lebih baik.

Menurut Govinda, fitur ini memungkinkan pengguna mengontrol berbagai aspek kamera secara manual, seperti ISO, shutter speed, white balance, exposure, serta fokus. Hal ini memberikan keleluasaan dalam menyesuaikan pencahayaan dan atmosfer sesuai dengan kondisi lingkungan serta hasil yang diinginkan. Di dalam mode kamera, memang tersedia Pro Mode yang juga mendukung format RAW, namun Expert RAW menawarkan fitur yang lebih mendalam untuk kebutuhan fotografi profesional.

Salah satu keunggulan utama Expert RAW adalah kemampuannya dalam menentukan resolusi gambar. Jika pada Pro Mode hanya tersedia opsi 12 MP dan 50 MP, dengan Expert RAW pengguna bisa mengambil gambar hingga resolusi 200 MP. Govinda sendiri menyebut bahwa resolusi 24 MP menjadi favoritnya karena memberikan keseimbangan antara ukuran file dan kualitas gambar. Expert RAW juga memungkinkan pengguna mendapatkan file RAW yang menyimpan data asli dari sensor kamera, sehingga pengeditan foto menjadi lebih fleksibel dan detail dalam menentukan suasana gambar.

Bagi pengguna yang merasa pengeditan RAW terlalu rumit atau kapasitas penyimpanannya terbatas, tersedia opsi RAW JPEG yang menghasilkan dua versi foto, yaitu RAW untuk pengeditan lanjutan dan JPEG yang sudah dikompresi dengan visual yang telah disesuaikan secara otomatis. Govinda mengibaratkan JPEG sebagai makanan instan yang langsung siap dinikmati, sementara RAW adalah bahan mentah yang bisa diolah sesuai selera.

Samsung juga menghadirkan fitur eksklusif di Galaxy S25 Ultra, yaitu Virtual Aperture, yang memungkinkan pengguna memilih bukaan lensa dari F/1.4 hingga F/16.0. Bukaan yang lebih kecil akan memberikan efek bokeh yang lebih lembut di latar belakang, sehingga objek utama dalam foto dapat tampil lebih menonjol. Dengan berbagai fitur canggih ini, Expert RAW di Galaxy S25 Series menjadi pilihan tepat bagi pengguna yang ingin meningkatkan keterampilan fotografi mereka ke level profesional.

Niantic Jual Divisi Pengembangan Gim, Scopely Siap Mengakuisisi Senilai Rp55 Miliar

Niantic, perusahaan di balik kesuksesan Pokémon Go, dikabarkan akan menjual divisi pengembangan gimnya. Menurut laporan dari TechCrunch yang dikutip pada Rabu, informasi ini pertama kali diungkap oleh sumber anonim kepada Bloomberg. Saat ini, Niantic tengah dalam tahap negosiasi dengan Scopely, pengembang gim mobile asal Arab Saudi, untuk melepas bisnis tersebut dengan nilai mencapai 3,5 juta dolar AS atau sekitar Rp55 miliar.

Sebagai pelopor gim berbasis augmented reality (AR), Niantic pertama kali menarik perhatian industri dengan Ingress, sebuah gim strategi yang mengusung konsep perebutan wilayah di dunia nyata. Namun, nama Niantic benar-benar melejit setelah merilis Pokémon Go pada tahun 2016, yang langsung menjadi fenomena global dan masih memiliki basis pemain setia hingga kini.

Sayangnya, gim-gim lain yang dikembangkan Niantic tidak mampu menyaingi kesuksesan Pokémon Go. Pada 2022, Niantic mengalami masa sulit dengan merumahkan sekitar 8 persen karyawannya dan menghentikan pengembangan empat proyek gim, termasuk Harry Potter: Wizards Unite. Kondisi ini berlanjut pada 2023, ketika perusahaan harus memberhentikan 230 karyawan serta membatalkan pengembangan gim bertema NBA dan Marvel.

Di luar pengembangan gim, Niantic tetap berupaya memperluas teknologi AR mereka. Pada 2023, mereka memperbarui aplikasi Scaniverse, memungkinkan pengguna untuk membuat model objek dari dunia nyata guna menyediakan data bagi pengembang. Selain itu, pada November tahun lalu, Niantic mengumumkan rencana mereka untuk membangun model geospasial besar berbasis teknologi machine learning.

Dengan penjualan divisi gim ini, banyak pihak mempertanyakan arah baru yang akan diambil Niantic. Apakah perusahaan akan lebih fokus pada pengembangan teknologi AR atau tetap berupaya menciptakan gim revolusioner lainnya? Waktu yang akan menjawabnya.

Otoritas Korea Selatan Sementara Batasi Pengunduhan DeepSeek, Menunggu Penilaian Privasi

Pada Sabtu, 15 Februari 2025, Otoritas Korea Selatan membuat keputusan untuk sementara membatasi pengunduhan aplikasi DeepSeek di toko aplikasi lokal mereka. Keputusan ini diambil untuk memberikan waktu bagi Komisi Perlindungan Informasi Pribadi Korea Selatan dalam melakukan evaluasi menyeluruh terhadap bagaimana perusahaan China yang mengembangkan aplikasi kecerdasan buatan (AI) ini mengelola dan menangani data pribadi pengguna mereka. Otoritas tersebut khawatir bahwa DeepSeek mungkin melanggar regulasi privasi yang berlaku di Korea Selatan.

Dalam laporan yang diterbitkan oleh TechCrunch pada Minggu, 16 Februari, komisi tersebut menyatakan bahwa aplikasi ini hanya akan dapat diunduh kembali setelah mereka yakin bahwa perusahaan pengembang DeepSeek telah membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan aplikasi ini mematuhi undang-undang privasi yang berlaku di negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Selatan sangat memperhatikan masalah keamanan data pribadi warganya, terlebih dalam hal aplikasi asing yang dapat mengakses informasi sensitif.

Meskipun pembatasan ini berlaku pada toko aplikasi lokal, pengguna yang sudah mengunduh DeepSeek sebelumnya tetap dapat mengakses aplikasi tersebut. Namun, otoritas Korea Selatan sangat menyarankan agar mereka tidak memasukkan informasi pribadi apa pun ke dalam aplikasi selama proses penilaian berlangsung. Pemerintah Korea Selatan juga telah menghubungi perusahaan yang berbasis di China ini, mempertanyakan cara mereka mengumpulkan dan memproses data pengguna sejak DeepSeek mulai beroperasi di Korea Selatan pada akhir Januari 2025.

Setelah melakukan penilaian awal, otoritas menemukan beberapa masalah terkait dengan layanan pihak ketiga yang terkait dengan aplikasi tersebut serta kebijakan privasi yang kurang transparan. Oleh karena itu, mereka meminta perusahaan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut agar aplikasi ini dapat dipastikan aman dan sesuai dengan standar privasi yang berlaku di Korea Selatan.

YouTube Shorts Hadirkan Veo 2: AI Generatif Google yang Saingi Sora OpenAI!

YouTube Shorts kini semakin canggih dengan integrasi model kecerdasan buatan (AI) generatif terbaru dari Google DeepMind, Veo 2. Teknologi ini memungkinkan kreator membuat klip video berbasis AI untuk unggahan mereka dengan cara yang lebih cepat dan realistis.

Menurut laporan dari TechCrunch, Veo 2 dikembangkan sebagai pesaing Sora, model AI pembuat video milik OpenAI. Dengan peningkatan pemahaman terhadap dunia nyata dan gerakan manusia, Veo 2 diklaim dapat menghasilkan video yang lebih detail dan sinematik.

Sebelumnya, YouTube telah memperkenalkan fitur Dream Screen, yang memungkinkan kreator membuat latar belakang untuk Shorts hanya dengan memasukkan deskripsi teks. Kini, dengan kehadiran Veo 2, pengguna dapat lebih leluasa menentukan gaya visual, efek sinematik, hingga lensa kamera yang digunakan dalam video mereka.

Direktur YouTube, Dina Berrada, menyatakan bahwa Veo 2 bekerja lebih cepat dibandingkan versi sebelumnya. “Model ini mampu memahami gerakan dan detail lebih baik, sehingga menghasilkan video yang lebih realistis. Dream Screen kini menjadi cara yang lebih menyenangkan dan mudah untuk berekspresi,” ujarnya.

Untuk memastikan transparansi dalam konten AI, YouTube menggunakan alat SynthID dari DeepMind untuk menandai video yang dibuat dengan Veo 2. Namun, meskipun diberi label, YouTube mengakui bahwa langkah ini tidak sepenuhnya menghilangkan potensi penyalahgunaan atau misinformasi dari konten berbasis AI.

Saat ini, fitur Veo 2 hanya tersedia bagi kreator di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. YouTube berencana untuk memperluas aksesnya ke lebih banyak negara di masa mendatang.

Indonesia Bersiap Atur AI: Kementerian Komunikasi dan Digital Gelar Diskusi dengan Pemangku Kepentingan

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital tengah menyusun regulasi mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). Untuk memastikan aturan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor, kementerian menggelar serangkaian diskusi dengan para pemangku kepentingan, termasuk industri, akademisi, serta lembaga terkait.

Menurut Wakil Menteri Nezar, diskusi ini akan berlangsung hingga awal Maret 2025 dan mencakup enam sesi yang melibatkan berbagai sektor, seperti kesehatan, transportasi, pendidikan, layanan keuangan, serta bidang lainnya yang terdampak oleh AI.

Tujuan utama dari diskusi ini adalah menyusun dokumen kebijakan (policy paper) yang nantinya akan dikembangkan menjadi naskah akademik. Naskah tersebut kemudian akan menjadi dasar dalam perumusan regulasi AI yang lebih solid dan menyeluruh.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid telah menegaskan bahwa pemerintah menargetkan penyusunan peraturan AI dalam waktu tiga bulan. Saat ini, pemerintah telah mengeluarkan surat edaran yang berisi panduan penggunaan AI berbasis prinsip transparansi, akuntabilitas, kemanusiaan, penghormatan hak cipta, dan keselamatan.

Namun, Meutya menegaskan bahwa kebijakan tersebut masih perlu ditingkatkan ke level peraturan yang lebih kuat. Oleh karena itu, Wamen Nezar ditugaskan untuk merancang regulasi yang memastikan pemanfaatan AI di berbagai sektor dilakukan secara bertanggung jawab.

Dalam pernyataan resminya pada 17 Desember 2024, Nezar juga menambahkan bahwa regulasi ini bertujuan untuk memastikan prinsip-prinsip penggunaan AI dapat diterapkan secara spesifik di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, layanan keuangan, serta infrastruktur digital.

Dengan regulasi yang lebih matang, diharapkan AI dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan Indonesia, sambil tetap mengedepankan prinsip keamanan dan etika teknologi.

Adopsi iOS 18 dan Fokus AI: Apple Perkenalkan Era Baru dengan Apple Intelligence

Apple telah merilis data adopsi iOS 18, yang menunjukkan bahwa sistem operasi ini telah terpasang pada 68 persen perangkat iPhone secara keseluruhan dan 76 persen perangkat iPhone yang dirilis dalam empat tahun terakhir. Meskipun demikian, angka adopsi ini mencatat penurunan sebesar 5 persen dibandingkan dengan generasi iOS sebelumnya.

Sebanyak 19 persen perangkat iPhone masih menjalankan iOS 17, sementara 13 persen lainnya menggunakan sistem operasi yang lebih lama. Untuk perangkat iPhone keluaran empat tahun terakhir, 19 persen di antaranya juga tetap menggunakan iOS 17. Data ini menunjukkan pola adopsi yang serupa dengan tren saat iOS 17 pertama kali diluncurkan.

Namun, adopsi iPadOS 18 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan iOS 18. Hanya 53 persen perangkat iPad secara keseluruhan yang menjalankan iPadOS 18, sedangkan perangkat iPad yang dirilis dalam empat tahun terakhir mencatat angka adopsi sebesar 63 persen.

Keunggulan utama dari iOS 18 adalah integrasi teknologi kecerdasan buatan generatif melalui Apple Intelligence, yang menjadi salah satu fokus terbaru Apple. Apple Intelligence kini telah hadir dalam versi stabil di iPhone, iPad, dan Mac melalui pembaruan sistem operasi iOS 18.1, iPadOS 18.1, dan macOS Sequoia 15.1.

Dengan pendekatan inovatif, Apple memastikan pemrosesan AI generatif dilakukan secara langsung di perangkat pengguna dan melalui Private Cloud Compute untuk menjaga privasi dan keamanan data. Langkah ini menegaskan komitmen Apple dalam memberikan pengalaman canggih tanpa mengorbankan privasi pengguna.

Samsung Galaxy S25 Ultra: Inovasi Desain dan AI Canggih untuk Pengalaman Pengguna yang Lebih Personal

Samsung memulai tahun 2025 dengan gebrakan besar melalui peluncuran Galaxy S25 Series. Seri flagship ini menghadirkan teknologi canggih yang mengedepankan Galaxy AI, inovasi kecerdasan buatan terbaru dari Samsung, yang dirancang untuk memberikan pengalaman pengguna yang semakin cerdas dan terintegrasi dalam satu perangkat.

Dari tiga varian yang diperkenalkan, Galaxy S25 Ultra menjadi bintang utama dengan berbagai pembaruan signifikan, baik dari segi desain maupun fitur.

Salah satu daya tarik pertama dari Galaxy S25 Ultra adalah perubahan desainnya. Dengan sudut yang lebih membulat dibanding pendahulunya, perangkat ini menawarkan tampilan yang lebih segar dan modern. Langkah Samsung untuk mengadopsi desain rounded ini disambut baik oleh Galaxy Fans, terutama setelah tiga tahun terakhir didominasi desain kotak pada varian Ultra.

Meski tampil dengan desain baru, kesan kokoh tetap terjaga berkat penggunaan kerangka titanium. Ponsel ini juga terasa lebih ramping, meskipun layarnya kini lebih besar, mencapai 6,9 inci. Hal ini dicapai dengan mengurangi lebar layar dan menambah panjangnya, sehingga ponsel tetap nyaman digenggam meskipun ukurannya lebih besar.

Perubahan lainnya terlihat pada sistem operasi One UI 7, di mana bilah pencarian di home screen kini dipindahkan ke bagian bawah layar. Penempatan baru ini mempermudah pengguna dalam mengakses pencarian, meski membutuhkan sedikit waktu untuk penyesuaian.

Galaxy S25 Ultra juga dilengkapi fitur-fitur AI terbaru yang dirancang untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Salah satu fitur unggulannya adalah “Audio Eraser,” yang memungkinkan pengguna menghapus suara bising atau latar yang tidak diinginkan secara langsung pada video tanpa perlu menggunakan aplikasi tambahan. Fitur ini sangat membantu kreator konten dalam menghasilkan video berkualitas tinggi.

Selain itu, fitur “Best Face” memanfaatkan teknologi AI on Device untuk memberikan hasil foto wajah yang sempurna. Jika hasil foto menunjukkan mata tertutup atau senyum kurang pas, fitur ini dapat memilih pose terbaik dari Motion Photo, memberikan fleksibilitas lebih bagi pengguna untuk mendapatkan hasil foto yang optimal tanpa koneksi internet.

Dengan desain yang segar, bodi kokoh, serta fitur-fitur AI revolusioner, Galaxy S25 Ultra menjadi langkah maju Samsung dalam menghadirkan perangkat yang tidak hanya canggih tetapi juga intuitif dan mudah digunakan.