Lee Hanee Dikonfirmasi Hamil Anak Kedua, Agensi Beri Pernyataan Resmi

Aktris asal Korea Selatan, Lee Hanee, tengah berbahagia dengan kabar kehamilan anak keduanya. Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh agensinya, Team HOFF, setelah laporan dari media lokal mengungkapkan bahwa sang aktris kini sedang menantikan buah hati. Meski begitu, agensi menyebut bahwa kehamilan Lee Hanee masih berada di tahap awal, sehingga mereka meminta pengertian publik dan belum bisa memberikan detail lebih lanjut mengenai perkiraan kelahiran.

Lee Hanee menikah pada Desember 2021 dan melahirkan anak pertamanya pada Juni tahun berikutnya. Kini, tiga tahun setelah kelahiran putri pertamanya, ia bersiap menyambut anggota keluarga baru. Dikenal luas setelah memenangkan ajang Miss Korea 2006, Lee Hanee sukses membangun karier aktingnya melalui berbagai film seperti Deranged, Tazza: The Hidden Card, The Bros, Extreme Job, Black Money, Alienoid Series, dan Killing Romance. Selain itu, ia juga tampil dalam drama populer seperti Pasta, The Fiery Priest, Be Melodramatic, One the Woman, dan Knight Flower. Tahun ini, ia dijadwalkan membintangi serial Netflix Aema serta film The Invite.

Di tengah kabar bahagia ini, Lee Hanee juga sempat dikaitkan dengan dugaan penghindaran pajak sebesar 6 miliar won (sekitar Rp 67 miliar). Menanggapi hal tersebut, agensinya menjelaskan bahwa audit pajak ini merupakan pemeriksaan rutin lima tahunan untuk artis yang memiliki perusahaan. Mereka menegaskan bahwa tidak ditemukan pelanggaran seperti pendapatan yang tidak dilaporkan atau pengajuan pengeluaran fiktif.

Otoritas Korea Selatan Sementara Batasi Pengunduhan DeepSeek, Menunggu Penilaian Privasi

Pada Sabtu, 15 Februari 2025, Otoritas Korea Selatan membuat keputusan untuk sementara membatasi pengunduhan aplikasi DeepSeek di toko aplikasi lokal mereka. Keputusan ini diambil untuk memberikan waktu bagi Komisi Perlindungan Informasi Pribadi Korea Selatan dalam melakukan evaluasi menyeluruh terhadap bagaimana perusahaan China yang mengembangkan aplikasi kecerdasan buatan (AI) ini mengelola dan menangani data pribadi pengguna mereka. Otoritas tersebut khawatir bahwa DeepSeek mungkin melanggar regulasi privasi yang berlaku di Korea Selatan.

Dalam laporan yang diterbitkan oleh TechCrunch pada Minggu, 16 Februari, komisi tersebut menyatakan bahwa aplikasi ini hanya akan dapat diunduh kembali setelah mereka yakin bahwa perusahaan pengembang DeepSeek telah membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan aplikasi ini mematuhi undang-undang privasi yang berlaku di negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Selatan sangat memperhatikan masalah keamanan data pribadi warganya, terlebih dalam hal aplikasi asing yang dapat mengakses informasi sensitif.

Meskipun pembatasan ini berlaku pada toko aplikasi lokal, pengguna yang sudah mengunduh DeepSeek sebelumnya tetap dapat mengakses aplikasi tersebut. Namun, otoritas Korea Selatan sangat menyarankan agar mereka tidak memasukkan informasi pribadi apa pun ke dalam aplikasi selama proses penilaian berlangsung. Pemerintah Korea Selatan juga telah menghubungi perusahaan yang berbasis di China ini, mempertanyakan cara mereka mengumpulkan dan memproses data pengguna sejak DeepSeek mulai beroperasi di Korea Selatan pada akhir Januari 2025.

Setelah melakukan penilaian awal, otoritas menemukan beberapa masalah terkait dengan layanan pihak ketiga yang terkait dengan aplikasi tersebut serta kebijakan privasi yang kurang transparan. Oleh karena itu, mereka meminta perusahaan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut agar aplikasi ini dapat dipastikan aman dan sesuai dengan standar privasi yang berlaku di Korea Selatan.

Tragedi Kapal Pukat di Korea Selatan: 4 Tewas, 6 Hilang, Termasuk 1 WNI

Sebuah kapal pukat ikan berbobot 139 ton tenggelam di perairan selatan Korea Selatan pada Minggu dini hari, mengakibatkan empat orang tewas dan enam lainnya masih dalam pencarian, termasuk satu Warga Negara Indonesia (WNI). Kejadian tragis ini terjadi sekitar pukul 1:41 pagi waktu setempat, sekitar 17 kilometer sebelah timur Pulau Habaek, dekat Yeosu, sekitar 316 km di selatan Seoul.

Menurut laporan dari Yonhap, kapal tersebut membawa 14 awak, terdiri dari delapan warga Korea Selatan, tiga warga Vietnam, dan tiga warga Indonesia. Hingga saat ini, tim penyelamat telah berhasil menemukan delapan awak, tetapi empat warga Korea Selatan dinyatakan meninggal dunia, termasuk kapten kapal yang berusia 66 tahun.

Lima orang yang berhasil diselamatkan ditemukan di atas sekoci penyelamat, di antaranya dua warga Vietnam, dua warga Indonesia, dan sang kapten kapal. Sementara itu, tiga awak lainnya ditemukan mengapung di perairan. Kedua WNI yang selamat telah dibawa ke kantor Penjaga Pantai di Yeosu untuk dimintai keterangan, sedangkan dua warga Vietnam dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gejala hipotermia.

Penyelidikan awal menyebutkan bahwa kapal kemungkinan terbalik setelah mengalami kemiringan ekstrem ke sisi kiri, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu awak Vietnam yang selamat. “Sebanyak 11 awak melompat ke laut, sementara tiga lainnya masih berada di dalam kapal,” ujar pihak berwenang dalam konferensi pers.

Meskipun kondisi cuaca saat itu buruk, pihak penjaga pantai menyatakan bahwa tenggelamnya kapal berbobot lebih dari 100 ton dalam gelombang setinggi 2,5 meter adalah kejadian yang tidak biasa. Oleh karena itu, investigasi lebih lanjut tengah dilakukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan tersebut.

Kapal pukat yang naas ini merupakan bagian dari kelompok empat kapal penangkap ikan lainnya. Namun, kapal tersebut tidak mengirimkan sinyal bahaya sebelum tenggelam, yang menimbulkan dugaan bahwa insiden ini terjadi secara tiba-tiba. Diketahui, kapal berangkat dari Pelabuhan Gamcheon di Busan pada Sabtu dengan tujuan menangkap ikan di perairan sekitar Pulau Heuksan, Provinsi Jeolla Selatan.

Dalam upaya pencarian, sebanyak 24 kapal patroli, empat kapal milik Angkatan Laut, 13 pesawat, serta kapal sipil dan badan terkait lainnya telah dikerahkan. Namun, operasi penyelamatan sempat mengalami kendala ketika sebuah kapal cepat milik penjaga pantai terbalik akibat gelombang tinggi. Beruntung, keenam awak kapal tersebut berhasil diselamatkan.

Saat ini, pencarian terhadap enam awak yang hilang masih terus dilakukan meskipun cuaca dan kondisi laut cukup menantang.

Duka Mendalam Korea Selatan: Tragedi Pesawat Jeju Air dan Solidaritas dari Dunia Hiburan

Korea Selatan sedang dirundung duka mendalam akibat kecelakaan tragis pesawat Jeju Air yang terjadi pada Minggu, 29 Desember 2024. Insiden ini terjadi di Bandara Internasional Muan ketika pesawat yang terbang dari Bangkok, Thailand, mengalami birdstrike—tabrakan dengan kawanan burung—yang menyebabkan kerusakan pada mesin. Akibatnya, pesawat kehilangan kendali, keluar dari landasan, dan menghantam pagar pembatas sebelum meledak. Tragedi ini merenggut nyawa 179 penumpang, sementara dua lainnya selamat.

Kejadian ini mengguncang masyarakat Korea Selatan, termasuk dunia hiburan yang turut menyampaikan belasungkawa. Komedian Park Na Rae dan Park Myung Soo membagikan foto bunga krisan putih sebagai simbol penghormatan kepada para korban. Bintang ternama G-Dragon juga mengunggah gambar bunga aster hitam putih dengan tambahan emoji pita kuning, yang dikenal sebagai simbol belasungkawa di Korea.

Penyanyi Lim Young Woong bahkan menghentikan sejenak konsernya untuk mengheningkan cipta dan menyampaikan ucapan duka cita secara langsung. “Berita kehilangan begitu banyak nyawa yang berharga membuat saya sangat berduka. Saya turut berbela sungkawa kepada para korban dan keluarga mereka,” ucapnya di atas panggung.

Sederet selebriti lainnya, seperti Jo Se Ho, Song Eun Yi, Sung Si Kyung, Song Ga In, Jang Yoon Jung, Do Kyung Wan, Jang Sung Kyu, dan Lee Sang Min, juga memberikan penghormatan kepada korban melalui pesan duka di media sosial mereka.

Duka ini turut memengaruhi jadwal hiburan Korea Selatan. Sejumlah acara televisi seperti MBC Entertainment Awards 2024, Running Man, The King of Mask Singer, Boss in the Mirror, 2 Days & 1 Night, hingga Chef & My Fridge yang menampilkan Song Joong Ki membatalkan penayangannya sebagai bentuk solidaritas terhadap tragedi ini.

Korsel Kirim Black Box Jeju Air Ke AS Untuk Analisis Pasca Kecelakaan

Pada tanggal 1 Januari 2025, pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan salah satu kotak hitam dari pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan ke Amerika Serikat. Langkah ini diambil untuk melakukan analisis lebih lanjut setelah insiden tragis yang menewaskan 179 orang dalam bencana penerbangan terburuk di negara tersebut.

Pesawat Jeju Air yang terlibat dalam kecelakaan tersebut membawa 181 orang dari Thailand dan mengalami masalah saat mendarat di Bandara Internasional Muan pada 29 Desember 2024. Setelah mengeluarkan panggilan darurat, pesawat tersebut mendarat darurat tetapi menabrak penghalang dan terbakar. Hanya dua pramugari yang selamat dari insiden tersebut, sementara semua penumpang lainnya tewas.

Wakil Menteri Penerbangan Sipil Korea Selatan, Joo Jong-wan, menjelaskan bahwa pengiriman kotak hitam dilakukan karena perekam data penerbangan (FDR) mengalami kerusakan yang membuatnya tidak dapat dipulihkan di dalam negeri. “Kami telah mengambil keputusan untuk membawanya ke Amerika Serikat untuk dianalisis bersama dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS,” ungkap Joo. Ini menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam penyelidikan kecelakaan udara.

Sebelum pengiriman, penyelidik berhasil menarik data awal dari perekam suara kokpit yang menunjukkan komunikasi terakhir antara pilot. Proses ini dianggap krusial untuk memahami apa yang terjadi sebelum kecelakaan. Namun, perekam data penerbangan ditemukan dengan konektor yang hilang, sehingga para ahli sedang mencari cara untuk mengekstrak data darinya.

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab kecelakaan termasuk tabrakan dengan burung (bird strike) dan kegagalan mekanis pada roda pendaratan. Pemerintah Korea Selatan juga melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua model Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai lokal untuk memastikan keselamatan penerbangan di masa depan.

Keluarga korban kini menghadapi kesedihan mendalam akibat kehilangan orang-orang tercinta mereka. Proses identifikasi jenazah yang sulit dan lambat membuat mereka semakin frustrasi. Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, menyatakan bahwa identifikasi korban telah selesai dan lebih banyak jenazah telah diserahkan kepada keluarga untuk pemakaman.

Dengan pengiriman kotak hitam ke AS, semua pihak berharap dapat menemukan penyebab pasti dari kecelakaan pesawat Jeju Air ini. Tahun 2025 menjadi tahun penting bagi industri penerbangan Korea Selatan untuk meningkatkan standar keselamatan dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Penyelidikan menyeluruh diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi keluarga korban dan masyarakat luas mengenai insiden tragis ini.

Pemerintah Korea Selatan Catat Kenaikan Kelahiran Tertinggi Dalam 14 Tahun Terakhir

Pada 26 Desember 2024, Pemerintah Korea Selatan mengumumkan data terbaru yang menunjukkan kenaikan angka kelahiran tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Laporan tersebut memberikan secercah harapan bagi negara yang telah lama menghadapi krisis demografi, dengan angka kelahiran yang terus menurun dalam beberapa dekade terakhir. Kenaikan ini menjadi sorotan penting di tengah berbagai kebijakan yang telah diterapkan untuk mendorong peningkatan jumlah kelahiran di Korea Selatan.

Korea Selatan telah lama dikenal sebagai negara dengan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia. Hal ini telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah, yang berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan berbagai kebijakan sosial dan ekonomi. Kenaikan angka kelahiran ini menunjukkan bahwa beberapa kebijakan yang diterapkan mulai menunjukkan hasil.

Menurut data dari Badan Statistik Nasional Korea Selatan, angka kelahiran pada tahun 2024 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kuartal ketiga tahun ini, tercatat lebih dari 100.000 bayi lahir, angka yang belum tercatat sejak tahun 2010. Peningkatan ini diharapkan dapat membantu mengatasi krisis populasi yang semakin mendalam, mengingat populasi lansia yang terus berkembang pesat di negara ini.

Pemerintah Korea Selatan telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mendorong pasangan muda memiliki anak, seperti pemberian tunjangan keluarga, pengurangan biaya pengasuhan anak, serta peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak. Program-program ini dirancang untuk mengurangi beban finansial yang dirasakan oleh pasangan yang ingin memiliki anak, serta untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga muda di negara tersebut.

Meskipun ada peningkatan, tantangan besar masih ada. Banyak pasangan muda di Korea Selatan menghadapi tekanan sosial dan finansial yang besar, termasuk biaya perumahan yang tinggi dan tuntutan pekerjaan yang ketat. Meskipun ada kenaikan angka kelahiran, banyak yang masih merasa ragu untuk memiliki lebih dari satu anak, yang dapat berdampak pada pertumbuhan populasi jangka panjang.

Pemerintah Korea Selatan berharap bahwa kenaikan angka kelahiran ini bukan hanya sebuah lonjakan sementara, tetapi juga merupakan awal dari tren yang lebih stabil dan berkelanjutan. Dengan terus meningkatkan kebijakan yang mendukung keluarga muda, serta menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi pengasuhan anak, Korea Selatan berupaya mengatasi tantangan demografis yang dihadapi. Kenaikan angka kelahiran ini bisa menjadi langkah pertama menuju masa depan yang lebih seimbang dalam hal struktur demografi.

Pemerintah Korea Selatan mencatatkan keberhasilan dalam upayanya meningkatkan angka kelahiran dengan hasil yang positif pada tahun 2024. Meskipun masih ada tantangan yang perlu diatasi, kenaikan kelahiran tertinggi dalam 14 tahun ini memberikan harapan bahwa kebijakan pemerintah dapat berdampak positif bagi generasi mendatang. Keberlanjutan peningkatan ini akan bergantung pada keberhasilan kebijakan jangka panjang yang mendukung keluarga muda dan mengurangi hambatan sosial-ekonomi.

Presiden Sementara Korea Selatan Han Duck-Soo Diperiksa Terkait Darurat Militer

Seoul – Presiden sementara Korea Selatan, Han Duck-Soo, yang menjabat sebagai kepala negara ad interim, tengah diperiksa terkait penanganan darurat militer yang berlangsung di negara tersebut. Proses pemeriksaan ini datang setelah berbagai peristiwa yang memunculkan pertanyaan mengenai pengelolaan situasi darurat, khususnya terkait dengan ketegangan yang meningkat di kawasan tersebut. Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah ad interim kini menjadi fokus investigasi lebih lanjut.

Keadaan darurat militer yang dimaksud terkait dengan ketegangan yang semakin memuncak di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara, serta ancaman serangan yang lebih besar dari negara tetangga tersebut. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mengatasi potensi konflik yang semakin membahayakan stabilitas di kawasan tersebut. Pemeriksaan terhadap Han Duck-Soo di tengah kondisi darurat ini dilakukan untuk memastikan apakah langkah yang diambil pemerintah sudah sesuai dengan aturan yang ada.

Han Duck-Soo, yang menjabat sebagai presiden sementara Korea Selatan, bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pemerintahan hingga pemilihan presiden yang lebih permanen dapat dilakukan. Sebagai pemimpin sementara, Han Duck-Soo memiliki beban berat untuk mengelola situasi darurat, termasuk menjaga stabilitas internal dan hubungan luar negeri. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadapnya tidak hanya penting untuk menilai keputusan-keputusan yang telah diambil, tetapi juga untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil pemerintah tidak melanggar hukum atau hak asasi manusia.

Situasi darurat yang dihadapi Korea Selatan juga membawa tantangan besar bagi pemerintahan ad interim Han Duck-Soo. Menghadapi ancaman eksternal yang terus berkembang, pemerintah telah meningkatkan kesiapsiagaan militer dan memperkuat hubungan dengan sekutu internasional. Meskipun demikian, langkah-langkah tersebut menuai kritik dari beberapa pihak yang mempertanyakan apakah tindakan yang diambil cukup efektif atau malah memperburuk keadaan. Pemeriksaan ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang diambil oleh Han Duck-Soo dan timnya dalam menanggulangi krisis ini.

Pemeriksaan terhadap Han Duck-Soo ini merupakan bagian dari proses hukum yang lebih besar untuk mengevaluasi kinerja pemerintah sementara di tengah situasi darurat. Jika terbukti ada kelalaian atau penyalahgunaan wewenang dalam penanganan krisis, Han Duck-Soo dapat dikenakan sanksi atau bahkan langkah hukum lebih lanjut. Namun, saat ini pemeriksaan masih berlangsung, dan banyak yang berharap bahwa temuan ini akan memberikan kejelasan mengenai keputusan yang diambil oleh pemerintah dan dampaknya terhadap keamanan nasional.

Dengan pemeriksaan terhadap Han Duck-Soo, masa depan pemerintahan sementara Korea Selatan tengah diuji. Apakah pemerintahan ini mampu bertahan melalui krisis dengan baik, atau justru akan tercoreng akibat kesalahan dalam penanganan keadaan darurat militer? Satu hal yang pasti, pemeriksaan ini akan memainkan peran penting dalam menentukan arah kebijakan pemerintah Korea Selatan di masa depan dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan.