Cegah Penyakit DBD Singapura Sebar Nyamuk Berwolbachia Di Nyaris 50 Persen Populasi

Pada 26 November 2024, Singapura melanjutkan langkah progresif dalam memerangi demam berdarah (DBD) dengan memperkenalkan program penyebaran nyamuk berwolbachia. Program ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus DBD yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara tersebut. Singapura kini berhasil menebarkan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia—bakteri alami yang mengubah cara reproduksi nyamuk—di hampir 50 persen populasi nyamuk Aedes aegypti yang menjadi pembawa virus DBD.

Wolbachia adalah bakteri alami yang dapat menginfeksi nyamuk tanpa membahayakan mereka, tetapi mampu mempengaruhi kemampuan nyamuk untuk membawa virus penyebab DBD. Nyamuk yang terinfeksi Wolbachia memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah, dan ketika berkembang biak dengan nyamuk yang tidak terinfeksi, telur yang dihasilkan tidak dapat berkembang. Ini mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti secara alami dan menurunkan penyebaran virus DBD.

Program ini bertujuan untuk mencapai penyebaran Wolbachia pada sekitar 50 persen populasi nyamuk Aedes aegypti di Singapura, yang merupakan langkah signifikan dalam menciptakan “keseimbangan ekologi” yang dapat menurunkan penyebaran virus. Dengan menggunakan nyamuk berwolbachia yang dikembangbiakkan di laboratorium dan disebarkan ke lingkungan, diharapkan akan tercipta dampak jangka panjang terhadap pengurangan jumlah nyamuk pembawa penyakit.

Penyebaran nyamuk berwolbachia dilakukan di berbagai area di Singapura, terutama di kawasan-kawasan dengan tingkat kejadian DBD yang tinggi. Pemerintah Singapura telah melakukan pemantauan yang cermat untuk memastikan keberhasilan program ini. Setiap tahapan penyebaran akan diawasi dengan ketat, baik dari segi jumlah nyamuk yang terinfeksi, dampaknya terhadap populasi nyamuk lokal, serta penurunan kasus DBD di masyarakat.

Para ahli kesehatan masyarakat di Singapura sangat optimistis dengan efektivitas program ini dalam menanggulangi DBD. Selain lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida kimia, teknologi Wolbachia menawarkan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Jika berhasil, model ini bisa dijadikan contoh bagi negara-negara lain di kawasan tropis yang juga menghadapi masalah serupa dengan DBD.

Dengan penyebaran nyamuk berwolbachia di hampir 50 persen populasi nyamuk, Singapura berharap dapat menekan angka kejadian DBD secara signifikan. Inovasi ini memberikan harapan baru dalam perang melawan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, sekaligus memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan dan efektif dalam jangka panjang. Keberhasilan program ini dapat menjadi model global dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.