Kelompok pejuang Palestina, Hamas, baru-baru ini menyerahkan enam tawanan sebagai bagian dari upaya menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata. Namun, Hamas menuduh Israel sebagai pihak yang menunda pelaksanaan kesepakatan tersebut.
“Penyerahan ini dilakukan dalam suasana nasional yang penuh semangat, mencerminkan persatuan rakyat dan faksi-faksi perjuangan kami, sementara di sisi lain, pihak pendudukan justru mengalami perpecahan internal dan saling menyalahkan,” demikian pernyataan Hamas.
Lebih lanjut, Hamas menegaskan bahwa kehadiran publik dalam momen penyerahan tawanan tersebut adalah pesan kuat kepada Israel dan sekutunya. “Keterlibatan besar rakyat kami dalam serah terima enam tawanan ini menunjukkan bahwa solidaritas antara warga Palestina dan perlawanan sangat kuat serta tidak tergoyahkan,” tegas kelompok tersebut.
Hamas juga menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan ke tahap berikutnya dalam perjanjian gencatan senjata, serta keinginan untuk mencapai pertukaran tawanan yang lebih luas. Menurut Hamas, tujuan akhirnya adalah mewujudkan gencatan senjata permanen dan memastikan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Palestina.
Hamas Sebut Klaim Israel “Kebohongan Belaka”
Selain itu, Hamas menanggapi tuduhan Israel terkait kematian dua anak tawanan, Ariel dan Kfir Bibas, yang diklaim telah dibunuh oleh para penculiknya. Hamas membantah keras tuduhan ini, menyebutnya sebagai upaya Israel untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan militernya di Gaza.
“Tuduhan tersebut merupakan usaha putus asa untuk menutupi kejahatan pasukan militernya yang telah membantai keluarga tersebut,” kata Hamas dalam pernyataan resminya.
Menurut Hamas, keluarga Bibas sebenarnya menjadi korban dari serangan udara brutal yang dilakukan Israel. Mereka menegaskan bahwa ibu dan kedua anak tersebut tewas dalam pemboman Israel yang menghancurkan bangunan tempat mereka ditahan di Gaza.
Hamas mengembalikan jenazah Ariel dan Kfir Bibas, serta ibu mereka, ke Israel pada Kamis dan Jumat. Mereka menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai dalang di balik genosida yang menyebabkan kehancuran luas serta kegagalan perjanjian gencatan senjata.
Ketegangan antara Hamas dan Israel terus meningkat, meskipun upaya untuk mencapai kesepakatan damai terus dilakukan. Dengan situasi yang masih memanas, masa depan gencatan senjata dan upaya pertukaran tawanan tetap menjadi perbincangan utama di panggung internasional.