Pada 16 November 2024, Pemerintah Malaysia kembali menegaskan sikap keras mereka terkait keberadaan Israel. Dalam sebuah pernyataan resmi, pejabat tinggi negara tersebut menyatakan bahwa Malaysia tidak akan pernah mengakui negara Israel sebagai negara sah. Sikap ini tidak berubah meskipun ada tekanan internasional yang mendesak negara-negara di Asia Tenggara untuk mempertimbangkan hubungan diplomatik dengan Israel. Malaysia secara konsisten mempertahankan prinsip solidaritas dengan Palestina dan menentang segala bentuk normalisasi hubungan dengan negara Zionis tersebut.
Sikap anti-Israel yang diambil Malaysia didasari oleh kebijakan luar negeri negara ini yang sangat mendukung kemerdekaan Palestina. Pemerintah Malaysia, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim, menegaskan bahwa mereka akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak-hak mereka, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara merdeka. Malaysia, bersama dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara dan dunia Islam, telah lama menjadi pendukung kuat Palestina dalam forum internasional seperti PBB.
Pernyataan tegas Malaysia ini tentunya berdampak pada hubungan diplomatiknya dengan negara-negara yang telah menjalin hubungan dengan Israel, terutama negara-negara Barat dan negara-negara yang mendukung normalisasi hubungan dengan Israel. Meskipun demikian, Malaysia tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang telah lama menjadi dasar kebijakan luar negerinya. Beberapa negara, terutama di dunia Arab dan Asia, mendukung posisi Malaysia tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Meskipun banyak negara mendukung normalisasi hubungan dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia tetap menjadi salah satu negara yang paling vokal dalam menentang keberadaan negara tersebut. Negara ini menghadapi tekanan internasional, terutama dari sekutu-sekutu dekat Israel, untuk membuka jalur diplomatik. Namun, Malaysia tetap teguh pada prinsipnya, meski menghadapi tantangan besar dalam dunia global yang semakin terkoneksi.
Keputusan Malaysia untuk tidak mengakui Israel juga turut berpengaruh pada kebijakan negara-negara lain yang memiliki hubungan bilateral dengan Malaysia. Negara ini memanfaatkan posisinya untuk terus menyuarakan pentingnya keadilan bagi Palestina di berbagai forum internasional. Malaysia yakin bahwa menanggapi masalah ini dengan tegas akan memberikan dampak positif bagi perjuangan kemerdekaan Palestina.
Dengan pernyataan tersebut, Malaysia memastikan bahwa solidaritasnya dengan Palestina tetap menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Pemerintah Malaysia menegaskan akan terus bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki visi yang sama mengenai pembebasan Palestina, dan berusaha agar isu ini tetap menjadi perhatian utama di panggung internasional.