Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, berhasil menyelesaikan kunjungan resmi ke Chad dengan lancar, meskipun pada hari yang sama terjadi serangan kelompok bersenjata di ibu kota N’Djamena. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing menegaskan bahwa kunjungan Wang Yi tetap sukses dan tidak terpengaruh oleh insiden tersebut.
Pada 8 Januari, kelompok bersenjata menyerbu kompleks istana kepresidenan, yang memicu baku tembak hingga menewaskan 19 orang, termasuk 18 anggota ekstremis Boko Haram dan satu personel keamanan. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Wang Yi bertemu dengan Presiden Chad Mahamat Idriss Déby Itno, Perdana Menteri Allamaye Halina, dan Menteri Luar Negeri Abderaman Koulamallah.
Chad, yang baru saja melangsungkan pemilu parlemen di tengah tuduhan kecurangan, menghadapi situasi keamanan yang kompleks. Serangan tersebut juga terjadi di tengah langkah Chad untuk mengakhiri perjanjian keamanan dengan Prancis, yang saat ini sedang menarik sekitar 1.000 personel militernya dari negara tersebut.
Presiden Mahamat Idriss Déby Itno, yang mengambil alih kekuasaan pada 2021 setelah kematian ayahnya dalam pertempuran melawan pemberontak, dilaporkan berada di lokasi saat serangan berlangsung. Namun, pemerintah Chad menyatakan bahwa stabilitas negara tidak akan terganggu.
Kunjungan Wang Yi merupakan bagian dari tradisi diplomatik Tiongkok yang secara konsisten memulai perjalanan luar negeri Menteri Luar Negeri mereka ke negara-negara Afrika di awal tahun, tradisi yang telah berlangsung selama 35 tahun. Wang Yi juga mengunjungi Namibia, Kongo, dan Nigeria dalam lawatannya dari 5 hingga 11 Januari 2025.