Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata: Babak Baru dalam Konflik Panjang!

Setelah konflik berkepanjangan selama lebih dari 15 bulan, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pertempuran yang dimulai sejak Oktober 2023 ini telah menelan korban jiwa lebih dari 46.000 warga Palestina dan lebih dari 1.200 warga Israel, menurut laporan otoritas kesehatan dari kedua belah pihak.

Berikut adalah rangkuman peristiwa penting selama konflik tersebut:

7 Oktober 2023
Hamas meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya.

8 Oktober 2023
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan “keadaan perang” dan meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Gaza dengan janji menghancurkan Hamas.

27 Oktober 2023
Israel memulai invasi darat berskala besar ke Gaza.

24 November sampai 1 Desember 2023
Gencatan senjata sementara dimediasi oleh Qatar dan pihak lainnya, berlangsung selama beberapa hari. Selama periode ini, lebih dari 100 sandera dibebaskan dari Gaza, sementara Israel membebaskan 240 tahanan Palestina. Namun, serangan udara Israel kembali dilanjutkan setelah gencatan senjata berakhir.

11 Desember 2023
Israel mengindikasikan kesediaannya untuk bernegosiasi, sementara Hamas mengajukan syarat penghentian operasi militer sebelum diskusi lebih lanjut.

31 Maret 2024
Perundingan gencatan senjata dilanjutkan di Kairo melalui mediasi pihak ketiga.

15-16 Agustus 2024
Putaran baru perundingan digelar di Doha dengan kehadiran mediator internasional. Meski konstruktif, Hamas menilai usulan tersebut terlalu menguntungkan Israel.

9 November 2024
Qatar menghentikan sementara upaya mediasi akibat kurangnya komitmen dari kedua pihak, tetapi menyatakan siap melanjutkan pembicaraan di masa mendatang.

7 Desember 2024
Qatar kembali mengumumkan momentum untuk negosiasi, membawa optimisme baru bagi upaya perdamaian.

15 Januari 2025
Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata, termasuk pertukaran sandera. Tahap pertama akan dimulai pada 19 Januari, di mana Hamas akan membebaskan 33 sandera selama enam pekan, dengan Israel membebaskan sejumlah tahanan Palestina.

Populasi Gaza Menurun 6 Persen Sejak Perang Dengan Israel, Dampak Krisis Kemanusiaan yang Mendalam

Pada tanggal 2 Januari 2025, laporan terbaru menunjukkan bahwa populasi di Gaza telah menurun sebesar 6 persen sejak dimulainya perang dengan Israel hampir 15 bulan lalu. Menurut data dari Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS), penurunan ini setara dengan sekitar 160.000 orang, menjadikan total populasi di wilayah tersebut kini sekitar 2,1 juta jiwa.

Perang yang berkepanjangan telah menyebabkan dampak besar pada kehidupan sehari-hari warga Gaza. Selain penurunan jumlah penduduk, kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut semakin memburuk. Serangan udara yang terus-menerus dan blokade yang ketat mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. Cuaca dingin dan hujan juga memperburuk situasi, membuat banyak keluarga terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak memadai.

Data dari PCBS mencatat bahwa lebih dari 55.000 orang diperkirakan telah kehilangan nyawa akibat konflik ini, termasuk lebih dari 45.500 orang yang tewas sejak perang dimulai, di mana sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, sekitar 11.000 orang lainnya dilaporkan hilang. Angka-angka ini mencerminkan tingkat kekerasan yang ekstrem dan dampak tragis dari konflik terhadap populasi sipil.

Lebih dari satu juta anak-anak di bawah usia 18 tahun kini tinggal di Gaza, yang berarti hampir 47 persen dari total populasi. Situasi ini sangat memprihatinkan karena anak-anak menjadi kelompok paling rentan dalam konflik bersenjata. Mereka menghadapi risiko trauma psikologis, kekurangan gizi, dan kehilangan akses terhadap pendidikan serta layanan dasar lainnya.

Meskipun banyak negara dan organisasi internasional menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, pemerintah Israel tetap melanjutkan serangan mereka dengan alasan keamanan. Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan militan Hamas tetapi sering kali menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil. Tanggapan ini memicu kritik global terhadap tindakan militer Israel yang dianggap tidak proporsional.

Dengan populasi yang menurun drastis dan kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk, masa depan Gaza terlihat suram. Tahun 2025 diharapkan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi warga Gaza, di mana upaya untuk mencapai perdamaian dan rekonstruksi akan sangat diperlukan. Komunitas internasional perlu berperan aktif dalam mendukung pemulihan dan memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak konflik ini agar dapat membangun kembali kehidupan mereka dengan lebih baik.