Mantan Presiden dan Ormas Keagamaan Akan Terlibat dalam Pengawasan Danantara

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, mengungkapkan bahwa organisasi masyarakat (ormas) keagamaan serta mantan Presiden Republik Indonesia akan dilibatkan sebagai penasihat dan pengawas Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Saat tiba di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, ia menanggapi pertanyaan mengenai peran ormas dalam pengawasan Danantara dengan menyebut bahwa mereka kemungkinan akan berperan sebagai penasihat.

Selain itu, Hasan juga menyinggung kemungkinan mantan Presiden RI menjadi bagian dari dewan penasihat Danantara. Ia menjelaskan bahwa hal ini merupakan gagasan Presiden dan bertujuan untuk memperkuat tata kelola lembaga tersebut. Meski tidak menyebutkan nama mantan Presiden yang akan terlibat, ia menegaskan bahwa partisipasi mereka diperlukan demi memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan investasi negara.

Danantara dibentuk sebagai sovereign wealth fund (SWF) milik Indonesia, yang harus mengedepankan prinsip akuntabilitas serta transparansi sesuai dengan Santiago Principle, sebuah pedoman internasional dalam tata kelola SWF yang baik. Oleh karena itu, pelibatan tokoh-tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi dinilai penting dalam menjaga kredibilitas lembaga ini.

Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan bahwa mantan Presiden Indonesia hingga pemimpin organisasi keagamaan akan diminta untuk mengawasi pengelolaan BPI Danantara. Dalam pidatonya pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra di Sentul, Jawa Barat, ia menekankan bahwa Danantara merupakan aset strategis bagi masa depan bangsa dan harus dijaga bersama. Ia juga mengusulkan agar pimpinan ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, serta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) turut berperan dalam pengawasan dana kekayaan negara ini.

Prabowo Luncurkan Danantara: Strategi Baru Kelola Kekayaan Negara untuk Masa Depan Indonesia

Presiden RI Prabowo Subianto mengajak para mantan Presiden Indonesia serta pimpinan organisasi keagamaan untuk turut mengawasi pengelolaan dana kekayaan negara melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Dalam pidatonya saat perayaan HUT Ke-17 Partai Gerindra di Sentul, Jawa Barat, Sabtu, Prabowo mengungkapkan bahwa BPI Danantara akan resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025. Ia menekankan bahwa keberadaan Danantara menjadi kekuatan ekonomi masa depan yang harus dijaga bersama.

“Saya ingin mengajak semua mantan Presiden untuk berperan dalam pengawasan dana ini. Selain itu, saya juga mempertimbangkan melibatkan pimpinan NU, Muhammadiyah, KWI, dan organisasi lainnya untuk turut serta mengawasi,” ujar Prabowo.

Danantara merupakan super holding BUMN yang pembentukannya telah diatur dalam revisi Undang-Undang BUMN yang disahkan pada rapat paripurna ke-12 Masa Sidang-2 2025, pada Selasa (4/2).

Presiden Prabowo juga menyoroti laporan dari Menteri BUMN Erick Thohir mengenai dividen BUMN yang mencapai Rp300 triliun pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, Rp100 triliun akan dikembalikan sebagai modal kerja BUMN, sementara Rp200 triliun akan diinvestasikan.

Sebagai sovereign wealth fund Indonesia, Danantara diproyeksikan mengelola aset lebih dari 900 miliar dolar AS (assets under management). Dana ini akan dialokasikan ke berbagai sektor strategis, seperti energi terbarukan, industri manufaktur canggih, hilirisasi sumber daya alam, serta produksi pangan.

Pendanaan awal Danantara ditargetkan mencapai 20 miliar dolar AS di tahun pertama. Presiden menegaskan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar yang dapat memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan strategi ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai delapan persen dalam lima tahun ke depan, menjadikan Danantara sebagai salah satu pilar utama dalam transformasi ekonomi nasional.